Senin, 01 Februari 2016

MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK NOVEL ANGKATAN 20an



Anak Perawan di Sarang Penyamun
Anak perawan di sarang penyamun merupakan salah satu novel angkatan 20 karya Sutan Takdir Alisjahbana.  Novel ini telah difilmkan dengan judul yang sama dan disutradarai oleh Usmar Ismail. Novel ini banyak disukai karena ceritanya yang sederhana dan tidak biasa. Secara umum, novel ini mengisahkan tentang seorang perampok kejam yang akhirnya bertobat karena sadar akan perbuatannya.
IDENTITAS BUKU
1.       Judul                      : Anak Perawan di Sarang Penyamun
2.       Pengarang            : Sutan Takdir Alisjahbana
3.       Penerbit                 : Dian Rakyat
4.       Cetakan ke tiga    : 1949
5.       Tebal Buku           : 110 halaman
SINOPSIS
Suatu hari, seorang saudagar kaya raya yang bernama Haji Sahak hendak pergi berdagang ke Palembang. Dari Pagar Alam menuju Palembang, Haji Sahak membawa berpuluh-puluh kerbau dan beberapa macam barang dagangan lainnya. Istri dan anak perawannya juga ikut bersamanya.

Di tengah perjalanan, rombongan Haji Sahak dihadang segerombolan penyamun atau perampok yang dipimpin oleh Medasing. Perampok ini sangat kejam. Haji Sahak dan istrinya Nyi Hajjah Andun, beserta rombongan Haji Sahak lainnya dibunuh oleh gerombolan Medasing. Akan tetapi, Sayu anak perawan Haji Sahak tidak dibunuh. Dia dibawa ke sarang penyamun pimpinan Medasing.

Suatu hari, Samad anak buah Medasing yang bertugas sebagai pengintai datang ke sarang penyamun untuk meminta bagian dari hasil perampokan kepada Medasing. Selama berada di sarang penyamun itu, Samad jatuh hati kepada Sayu yang sangat cantik. Bahkan, Samad berniat membawa Sayu lari dari sarang penyamun dan berjanji akan mengembalikan Sayu kepada orang tuanya.Dia pun membisikkan niatnya kepada Sayu secara diam-diam dan berjanji akan mengantarkan Sayu kepada orang tuanya.Pada awalnya, Sayu terbujuk rayuan dan janji-janji Samad. Akan tetapi, Sayu mulai curiga ada niat tidak baik dari Samad. Dia mulai ragu dan tidak percaya. Pada hari yang telah mereka sepakati untuk kabur, Sayu dengan tegas menolak ajakan Samad. Walaupun dengan berat hati, sementara dia tetap akan tinggal di sarang penyamun.

Setelah merampok saudagar Haji Sahak, perampokan kelompok Medasing selalu mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut terjadi karena Samad selalu membocorkan rahasia perampokan Medasing kepada saudagar-saudagar atau pedagang-pedagang kaya yang akan dirampok oleh kelompok Medasing. Sehingga, setiap kali rnereka menyerang para pedagang atau saudagar yang lewat, mereka selalu  mendapat perlawanan yang luar biasa.Akibatnya, banyak anak buah Medasing yang terluka parah dan meninggal. Lama-kelamaan anak buah Medasing hanya tinggal seorang, yaitu Sanip. Betapa hancur hati Medasing menerima kenyataan pahit ini. Kepahitan itupun harus bertambah ketika dalam perampokkan yang terakhir kali, Sanip orang yang paling dia sayangi meninggal dunia. Medasing sendiri terluka parah, namun berhasil menyelamatkan diri.

Setelah Sanip meninggal, di sarang penyamun itu hanya tinggal Sayu dan Medasing saja. Sewaktu Medasing terluka parah, Sayu merasa bingung. Di samping itu, persediaan makanan mereka semakin menipis.
Awalnya, Sayu merasa kasihan sekaligus takut terhadap Medasing pimpinan penyamun yang kejam. Namun, Sayu tetap memberanikan diri mendekati Medasing. Dengan gemetar, dia mengobati Medasing. Mula-mula mereka berdua tidak banyak bicara. Sayu tidak berani berbicara sebab dia takut pada Medasing, sedangkan Medasing mempunyai karakter yang tidak banyak bicara. Dia hanya bicara tentang hal-hal yang penting saja. Namun lama kelamaan, mereka berdua semakin akrab. 

Medasing akhirnya menceritakan pengalaman hidupnya. Ternyata, Medasing dulunya bukanlah keturunan penyamun. Dia merupakan keturunan orang baik-baik.
Dulu Medasing adalah anak seorang saudagar kaya. Ayahnya dirampok oleh segerombolan penjahat. Kedua orang tuanya dibantai dan dibunuh. Karena masih kecil, Medasing tidak dibunuh oleh gerombolan penyamun tersebut dan akhirnya dibawa ke sarang gerombolan penyamun. Pimpinan penyamun itu tidak memiliki anak sehingga sangat menyayangi Medasing dan mengangkatnya sebagai anak. Setelah ayah angkatnya meninggal, Medasing langsung menjadi pimpinan penyamun tersebut.. Dia tak pernah bercita-cita menjadi penyamun, apalagi menjadi seorang pimpinan perampok. Tetapi Karena sejak kecil hidup dalam lingkungan perampok, Medasing tidak mengetahui pekerjaan lain selain merampok. Hati Sayu menjadi luluh mendengar cerita Medasing tentang kisah hidupnya. Rasa benci dan dendam kepada Medasing lama kelamaan menjadi luntur. Kemudian dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, dia merawat Medasing sampai sembuh.

Persediaan makanan dalam hutan sudah habis. Sayu mencoba mengajak Medasing keluar dari persembunyian dalam hutan lalu menuju kota Pagar Alam.Sesampainya di kota Pagar Alam, mereka langsung menuju rumah Sayu. Alangkah terkejutnya Sayu, ternyata rumah itu bukan milik orangtuanya lagi. Menurut penuturan penghuni baru rumah itu, Nyi Haji Andung ibu Sayu tinggal seorang diri di pinggir kampung. Mendengar kabar itu, Sayu dan Medasing langsung menuju rumah Nyi Haji Andun.

Ternyata, Nyi Haji Andun tidak meninggal sewaktu diserang kawanan Medasing. Dia hanya terluka parah dan berhasil sembuh. Kini Nyi Haji Andun tinggal sendirian di ujung kampung dalam keadaan sakit keras. Dia sering mengigaukan anaknya yang dibawa perampok. Pada saat Nyi Haji Andun kritis, muncullah di hadapannya Medasing dan Sayu. Betapa bahagianya perasaan Nyi Haji Andun bertemu dengan anak perawan yang sangat dirindukannya itu. Dan rupanya,  itulah pertemuan terakhir mereka. Nyi Haji Andun meninggal dunia pada saat itu juga, dia meninggal di hadapan anak yang sangat disayanginya.

Menyaksikan keadaan tersebut, hati Sayu menjadi hancur. Demikian pula halnya dengan Medasing. Kenyataan itu telah menyadarkan Medasing betapa kejamnya ia selama ini. Dia merasa menyesal, malu, dan berdosa kepada Sayu dan keluarganya.

Sejak saat itu, hidup Medasing berubah total. Dia menjadi seorang kaya raya yang sangat penyayang kepada siapapun.Lima belas tahun kemudian, Medasing dan istrinya berangkat ke tanah suci. Sekembalinya dari tanah suci, orang-orang kampung ramai meyambut mereka dan Medasing mengganti namanya menjadi Haji Karim. Suatu ketika Haji karim duduk termenung sambil mengingat masa lalunya yang kelam. Tiba-tiba, pintu rumahnya diketuk. Ternyata orang yang mengetuk pintu itu adalah Samad. Haji Karim masih mengenalinya sebab dia merupakan anak buah yang disayanginya. Haji Karim pun mengajak Samad untuk hidup bersamanya. Samad pun bersedia tinggal di rumah Haji Karim dan istrinya yang tidak lain adalah Sayu. Namun, paginya secara diam-diam Samad meninggalkan rumah Haji Karim dan pergi entah ke mana. Sementara itu, Haji Karim dan Sayu hidup damai dan tentram di kampung itu.
UNSUR INTRINSIK
A.       TEMA
a.       Petualangan
b.       Percintaan
c.        Kejahatan
d.       Perubahan sikap orang dari buruk menjadi baik

B.       TOKOH DAN PENOKOHAN
1.       Medasing (Tokoh Utama)                                         :
·         Kejam, garang, kekar, sangat ditakuti
Bukti kutipan : Medasing mengangkat tangannya seketika dan senjatanya disusunnya ditanah; maka berkatalah ia sambil memandang berganti ganti kepada sekalian temannya itu :”Takutkah kita dibuat serupa itu? Boleh kubakar rumahnya di Pulau Pinang dan kubunuh sekalian anak-isterinya” (Halaman 9,  paragraf 9)
·         Mau menyadari kesalahan dan bertobat
a.       Bukti kutipan : Dari matanya air yang jernih itu menyisi hidung sampai kebibir dan ketika terasa kepadanya sesuatu yang asin, barulah ia insaf, bahwa ia menangis. (Halaman 86 , paragraf 10)
b.       Bukti kutipan : Perasaan yang tak tentu meresap ke dalam kalbunya, membangkitkan harapan yang sayup-sayup akan penghidupan yang baharu. (Halaman 97,  paragraf 10)
2.       Sayu (Tokoh Utama)                                                  :
·         Berbudi luhur, penolong, sopan, sabar, dan baik hati
Bukti kutipan : Tetapi akhirnya insaflah ia, bahwa ia harus berusaha selekas lekasnya menolong laki-laki itu. (halaman  82,  paragraf 6)
·         Taat beribadah
Bukti kutipan : Dalam pada itu ia pun tak pernah lupa waktu sembahyang-nya bermohon kepada Tuhan serta sekalian alam mengampunkan dosanya. (Halaman 63, paragraf 3)
3.       Samad (Tokoh Pembantu)                                        :
·         Licik, pengkhianat dan pembohong
Bukti kutipan : Dalam hatinya direka-rekanya akan membawanya ke daerah Kikim, supaya ia tidak dapat bersua kembali dengan orang tuanya dan disana ia akan menjadi isterinya. (Halaman 33, paragraf 3)
4.       Nyi Haji Andun (Tokoh Pembantu)                          :
·         Sangat menyayangi anak dan suaminya
Bukti kutipan : Sejak hari itu berhari-hari tak tentu perasaan dan pikiran Nyi Haji Andun oleh kedukaan mengenangkan kehilangan suami dan anak tunggalnya yang dicintainya (Halaman 43, paragraf 5)
5.       Tusin, Amat, Sohan, Sanip (Tokoh Pembantu)     :
·         Kejam serta patuh dengan Medasing
Bukti kutipan : Dan sebenarnyalah dalam pergaulan penyamun-penyamun itu tak pernah timbul perbantahan. Apa yang dikatakan kepalanya, diturut seperti sesuatu yang harus, yang tiada mungkin dielakkan. (Halaman 3, paragraf 1)







C.     Latar
1.       Latar Tempat
a.       Di tengah hutan
Bukti kutipan : Di tengah rimba yang lebat itu mengalir sebuah anak air, jernih dan deras diantara batu batu yang besar-besar. (Halaman 1, paragraf 4)
b.       Palembang
Bukti kutipan : Sekali dalam perjalanan, mereka yang tak tentu arah itu mereka tiba di Palembag dan disanalah orang berdua itu tinggal beberapa lamanya. (Halaman 5, paragraf 1)
c.        Dusun Endikat
Bukti kutipan : Maka bermaksudlah mereka pergi menuntut ilmu yang gaib-gaib. Di Dusun Endikat mereka bersua dengan seorang tua yang termashur karena sihirnya.
d.       Negeri Pagar Alam
Bukti Kutipan : Di Tengah negeri Pagar Alam ada sebuah rumah yang lebih indah dan kukuh dari rumah sekelilingnya. (Halaman 43, paragraf 1)
e.       Di lembah Sungai Lematang
Bukti kutipan : Tangan Tusin yang patah dilempar anak pada pertempuran di lembah Sungai Lematang lebih dari dua bulan yang lalu telah sembuh dan sekarang ia telah dapat hidup seperti biasa bersama-sama dengan teman lainnya. (Halaman 52, paragraf 1)
f.         Dusun Pagar Alam
Bukti kutipan : Di ujung sebelah barat dusun Pagar Alam rumag bertambah jarang; kebun yang mengelilingi tiap-tiap rumah bertambah luas, dan rumahnya pun makin kecil, makin menyerupai pondok di ladang. (Halaman 72, paragraf 1)

2.       Latar Waktu
a.       Pagi
·         Bukti kutipan : Langit di sebelah timur bertambah terang. Cahaya ungu suram bertambah lama bertambah kuning rupanya dan kesudahannya timbul dibalk awan emas yang bersusun matahari, mula-mula sepotong, sebelah dan kesudahannya bulat sebagai bulan digambar-gambaran, berseri-seri laksana orang tersenyum memandang ke dunia. (Halaman 26)
·         Bukti kutipan : Keesokan harinya kedua-duanya berangkat meninggalkan lembah Lematang. Seorang ke arah selatan dan seorang ke arah utara. (Halaman 108)
b.       Sore hari
Bukti kutipan : Matahari baru terpuruk di sebelah barat dan gelap baru terentang, sehingga belumlah rapat benar; di sana-sini masih kelihatan bekas cahaya siang menyerupai kekabur-kaburan.  (Halaman 67)
c.        Siang hari atau tengah hari
Bukti kutipan : Telah lewat tengah hari ketika Medasing tiba kembali di pondok.Sayu duduk di muka pintu di atas tangga, sehingga dari jauh tampak kepadanya laki-laki itu datang. (Halaman 82)
d.       Malam hari
Bukti kutipan : Semalam-malaman itu Medasing hampir tak memicingkan matanya sekejap juapun oleh karena banyak yang mendesak pikiran hatinya. (Halaman 89)

3.       Latar Suasana
a.       Suasana gelap
Bukti kutipan : Di hutan yang lebat itu bertambah lama bertambah gelap. Sekalian bayang-bayang menjadi satu, mula-mula kekabur kaburan dan kesudahannya hitam-legam. (Halaman 12)
b.       Suasana mencekam atau mengerikan
Bukti kutipan : Demikianlah perkelahian antara penyamun dengan orang yang disamun, ketika sekonyong-konyong turun hujan yang lebat sebagai dicurahkan dari langit. Kilat serang-menyerang membelah gelap-gulita, sehingga beberapa kali terang-cuaca seluruh hutan, seluruh medan perjuangan di tepi jalan itu: Halilintar menderu-deru, dahsyat dan ngeri, seakan-akan hendak memusnahkan bumi, menghancur-remukkan sekalian manusia yang hidup dan tiada tahu akan harga hidupnya itu. (Halaman 19, paragraf 5)
c.        Suasana sunyi
Bukti kutipan : Sunyi bertambah sunyi dalam pondok tempat penyamun itu; mereka yang dahulu berlima sekarang hanya tinggal berdua lagi.  (Halaman 76)
d.       Suasana haru
Bukti kutipan : Tetapi sebelum ia menutup matanya untuk selama-lamanya ia telah mengecap kenikmatan pertemuan dengan biji matanya, yang dinantikan dan dihasratkannya dengan seluruh jiwanya, sehingga merusakkan dirinya, rohani dan jasmani. (Halaman 9,  paragraf 2)
e.       Suasana malang
Bukti kutipan : Malang datang menimpa malang, segala yang dipegangnya tak menjadi dan sekalian usahanya tiada berhasil. Jauh perjalanannya dan banyak negeri yang telah dikunjunginya,tetapi di mana-mana sial yang ditemuinya.(Halaman 108, paragraf 2)
f.         Suasana riang
Bukti kutipan : Alangkah riangnya terasa kepadanya dirinya ketika itu! (Halaman 60 paragraf 2)


D.      SUDUT PANDANG
Sudut pandang orang ke tiga serba tahu.
Bukti kutipan : Ia pun memandang ke air dan mulutnya yang kecil dan indah itu bergerak, tersenyum amat manisnya. Lupa ia akan sekalian kemalangannya, lupa ia akan ayah-bundanya yang pada waktu itu tak tentu tempat dan keadaannya. (Halaman 60, paragraf 8)

E.       GAYA BAHASA
a.       Menggunakan bahasa melayu yang terkesan berbelit belit dan tidak efektif
·         Bukti kutipan bahasa melayu  : Dalam hatinya direka-rekanya akan membawanya ke daerah Kikim, supaya ia tidak dapat bersua kembali dengan orang tuanya dan disana ia akan menjadi isterinya.
·         Bukti kutipan bahasa tidak efektif  : Medasing masuk kedalam gubuk. (kata “masuk” seharusnya tidak usah ditambah kata “ke dalam”
b.       Menggunakan majas personifikasi
Bukti kutipan :
·         Angin bersiul diatas atap jerami.
·         Kilat serang-menyerang.
·         Halilintar menderu-deru.
c.        Menggunakan majas hiperbola
Bukti kutipan :
·         Halilintar seakan-akan hendak memusnahkan bumi, menghancur-remukkan sekalian manusia yang hidup dan tiada tahu akan harga hidupnya itu.
·         Kilat membelah gelap gulita.
















F.       ALUR
Menggunakan alur maju yang mengisahkan orang jahat berubah menjadi baik.
.                                                                                                                      1.  Tahap Pengenalan / Eksposisi
Suatu hari, seorang saudagar kaya raya yang bernama Haji Sahak hendak pergi berdagang ke Palembang. Dari Pagar Alam menuju Palembang, Haji Sahak membawa berpuluh-puluh kerbau dan beberapa macam barang dagangan lainnya. Istri dan anak perawannya juga ikut bersamanya.
Di tengah perjalanan, rombongan Haji Sahak dihadang segerombolan penyamun atau perampok yang dipimpin oleh Medasing. Perampok ini sangat kejam. Haji Sahak dan istrinya Nyi Hajjah Andun, beserta rombongan Haji Sahak lainnya dibunuh oleh gerombolan Medasing. Akan tetapi, Sayu anak perawan Haji Sahak tidak dibunuh. Dia dibawa ke sarang penyamun pimpinan Medasing.

 2. Tahap Konflik
Suatu hari Samad, anak buah Medasing yang tugasnya sebagai pengintai datang ke sarang penyamun. Maksud kedatanganya adalah untuk meminta bagian dari hasil perampokan Medasing. Namun selama Samad berada di sarang penyamun itu, ia langsung jatuh hati pada Sayu yang memang sangat cantik. Secara diam-diam dia berniat membawa Sayu lari dari Sarang penyamun itu. Dan niatnya itu ia bisikan kepada Sayu secara diam-diam. Samad berjanji pada Sayu bahwa dia akan mengembalikan Sayu kepada orang tuanya.
Awalnya Sayu terbujuk oleh rayuan dan janji-janji Samad itu. Dalam dirinya sudah memutuskan untuk ikut lari bersama Samad. Akan tetapi sebelum niat untuk kabur terlaksana, Sayu mulai menangkap gelagat tidak baik dari Samad. Dia mulai ragu dan tidak percaya dengan janji-janji Samad itu. Dihari yang mereka sepakati untuk lari tersebut, Sayu dengan tegas menolak ajakan Samad. Walaupun dengan berat hati untuk sementara dia akan tetap tinggal di sarang penyamun.

3.  Tahap Klimaks
Setelah berhasil merampok keluarga saudagar Haji Sahak, rupanya dalam perampokan-perampokan Medasing dan kawan selanjutnya sering mengalami kegagalan. Kegagalan perapokan yang mereka lakukan sebenarnya disebabkan karena rencana mereka selalu dibocorkan oleh Samad. Samad selalu membocorkan rencana Medasing kepada Saudagar dan pedagang kaya yang akan mereka rampok. Itu sebabnya, setiap kali mereka menyerang para pedagang atau saudagar yang lewat, mereka pasti mendapat perlawanan yang luar biasa. Para saudagar dan pedagang sudah menunggu Medasing dan kawan-kawannya. Akibatnya anak buah Medasing banyak yang meninggal ataupun terluka parah. Lama-kelamaan anak buah Medasing hanya tersisa seorang saja, yaitu Sanip. Betapa hancur hati Medasing menerima kenyataan pahit ini. Malah hatinya semakin pilu, ketika dalam perampokan yang terakhir kali, Sanip orang yang paling dia sayangi itu meninggal.

4.       Tahap anti-klimaks
Persediaan makanan dalam hutan sudah habis. Sayu sangat khawatir akan keadaan itu. Itulah sebabnya dia mencoba mengajak Medasing agar bersedia keluar dari persembunyiannya. dan akhirnya mereka keluar dari hutan menuju kota Pagar Alam. Sesampainya di kota Pagar Alam, keduanya langsung menuju ke rumah Sayu. Tapi sampai di rumahnya, Sayu sangat terkejut, sebab rumah itu sekarang bukan milik mereka lagi, tapi sudah menjadi milik orang lain. Menurut penuturan penghuni baru itu, ibunya sekarang tinggal di pinggiran kampung. Mendengar itu, kedua orang ini langsung pergi menuju ke tempat Nyai Haji Andun.

5.       Tahap Penyelesaian
Lima belas tahun kemudian, Medasing dan istrinya berangkat ke tanah suci. Sekembalinya dari tanah suci, orang-orang kampung ramai meyambut mereka dan Medasing mengganti namanya menjadi Haji Karim. Suatu ketika Haji karim duduk termenung sambil mengingat masa lalunya yang kelam. Tiba-tiba, pintu rumahnya diketuk. Ternyata orang yang mengetuk pintu itu adalah Samad. Haji Karim masih mengenalinya sebab dia merupakan anak buah yang disayanginya. Haji Karim pun mengajak Samad untuk hidup bersamanya. Samad pun bersedia tinggal di rumah Haji Karim dan istrinya yang tidak lain adalah Sayu. Namun, paginya secara diam-diam Samad meninggalkan rumah Haji Karim dan pergi entah ke mana. Sementara itu, Haji Karim dan Sayu hidup damai dan tentram di kampung itu.



2 komentar:

  1. Kadang Puntar & Casino | KADANG Puntar
    Kadang Puntar & Casino provides an exciting and entertaining gaming environment. It features a wide range of games such as Baccarat, 온카지노 역사 Blackjack, Video Poker, Keno

    BalasHapus
  2. Best Hotels in Tunica, MS | Mapyro
    Find the best hotels in Tunica and 양산 출장안마 save real money 제주도 출장안마 on 평택 출장샵 your next trip! Compare reviews, photos & 서산 출장안마 prices from over 142 hotels 대전광역 출장안마 in Tunica.

    BalasHapus